"Kalau menanam cabai itu, memang sedikit lebih rumit, karena butuh perawatan yang baik agar hasilnya juga bagus. Hanya saja, sering kali ketika petani sudah menanam, sudah produksi, yang terjadi adalah, harga cabai itu jatuh, itu yang membuat banyak petani menjerit," kata dia.
Kalau saja, dengan menanam cabai itu petani bisa untung, pastinya petani akan berlomba-lomba menanam.
"Kenapa petani tidak banyak menanam, ya, salah satu faktornya adalah harga," ungkap dia.
Karena itulah, Sembiring mengungkapkan yang diharapkan oleh petani sebenarnya adalah jaminan dari pemerintah terhadap harga komoditas yang mereka tanam.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Awal, petani lainnya. Dia mengungkapkan, tak jarang harga komoditas itu membunuh semangat para petani.
"Ya, bayangkan saja, kalau kita tanam, rugi sekali atau dua kali itu biasa, sudah sering. Tapi kalau ruginya sudah berkali-kali, dan itu disebabkan oleh harga, pastinya tak ada yang mau hidup jadi petani, karena selalu merugi," ungkap Awal.
Dia juga menjelaskan, tidak menyalahkan pengepul yang datang membeli ketika harga yang ditawarkan tidak tinggi.
"Banyak yang bilang pengepul dapat keuntungan lebih. Sebenarnya tidak. Karena, faktanya, kalau memang keuntungan yang didapatkan besar pasti pengepul akan bertahan," kata dia.
"Sejauh yang kami tahu, pengepul itu untungnya juga tidak besar. Mereka hanya mengambil keuntungan dalam jumlah yang wajar. Apalagi bila menimbang risiko, ketika penerimaan pasar tidak baik, atau produksi sedang banyak. Maka, keuntungan pengepul juga sedikit.
Karena itulah, sebut Awal, salah satu hal yang juga penting diatur oleh pemerintah adalah, bagaimana komoditas lokal ini bisa menjadi tuan di negeri sendiri.
"Kita petani ini kan tidak mungkin memikirkan pasar. Karena memastikan bisa panen saja itu sudah cukup. Pasar itu hendaknya diatur oleh pemerintah, sehingga, kendala soal harga dan pasokan berlebih tidak sampai menyebabkan petani merugi," ungkap dia.
Apalagi bila memperhitungkan rata-rata umur tanaman pangan seperti sayuran atau buah itu sangat terbatas.
"Komoditas pertanian ini kan umumnya usianya tidak panjang. Kalau tidak cepat terserap pasar, kualitasnya langsung jatuh dan harganya juga akan murah. Karena itulah, kami berharap pemerintah bisa membuat regulasi yang tetap menjaga seamgnat para petani untuk tetap menggeluti usahanya," ujar dia.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru, Maisisco mengaku memahami sekali apa yang menjadi keluhan para petani ini. Dia pun mengungkapkan memang diperlukan solusi jangka panjang untuk persoalan pangan ini.
"Saya berpikir apa yang digaungkan oleh Bapak Presiden RI tentang hilirisasi ekonomi itu menjadi sangat penting," ungkap Maisisco yang baru beberapa pekan ini dipercaya mengemban amanah sebagai Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pekanbaru.
Dia mengungkapkan, memang dibutuhkan solusi untuk komoditas pertanian, sehingga hasilnya tetap bisa memberikan keuntungan yang maksimal kepada para petani dan pelaku usaha.
"Hilirisasi terhadap komoditas pangan ini penting untuk dihadirkan. Misalnya, untuk cabai, bagaimana supaya produk petani kita tetap terserap. Mengapa tidak kita mengusung pabrik saos, atau cabai kemasan yang bisa menampung komoditas petani?" kata dia.
Selain itu, Maisisco juga memiliki ekspektasi untuk melibatkan perusahaan daerah terkait pangan untuk berperan dalam mendukung pemberdayaan petani dalam menghasilkan komoditas pangan yang mendukung pada penguatan ketahanan pangan.
"Jangka panjang, kita ingin bagaimana perusahaan daerah pangan bisa ikut berperan dalam penguatan peran petani khususnya dalam meningkatkan produktivitas pangan. Secara betahap kita akan persiapkan langkah-langkah penguatan peran BUMD Pangan kita," ungkap Maisisco Optimis.(***)
Galeri Foto :

Sembiring sedang melakukan bubidaya tanaman jagung manis di lahan pertanian di Jalan Parit Indah Pekanbaru