RIAUJURNAL.COM - Mengatakan kata "Maaf" memang suatu tindakan etis saat kita melakukan kesalahan.
Namun, jangan sampai tindakan tersebut digunakan secara terus-menerus hingga memunculkan "sorry syndrome" atau Sindrom Maaf.
Lantas, apa pengertian dari "sorry syndrome" dan bagaimana cara mengatasinya?
Apa itu Sindrom Maaf?
Dilansir dari High Erechelon (1/7/2021), sindrom maaf adalah dorongan untuk meminta maaf secara terus-terusan, bahkan untuk hal-hal di luar kendali kita atau untuk tindakan yang kita yakini tidak salah.
Berikut adalah beberapa tanda seseorang mungkin menderita Sindrom Maaf:
1. Anda meminta maaf untuk hal-hal yang tidak dapat Anda kendalikan
2. Anda meminta maaf atas tindakan orang lain
3. Anda meminta maaf atas interaksi sehari-hari yang normal (misalnya melewati seseorang yang duduk di baris Anda di bioskop atau pesawat terbang)
4. Anda meminta maaf kepada benda mati
5. Anda meminta maaf untuk hal-hal yang menurut Anda tidak salah
6. Anda meminta maaf ketika Anda mencoba bersikap tegas
Dampak Sindrom Maaf
Penggunaan permintaan maaf ini bisa merugikan Anda jika Anda terus-terusan mengatakan hal itu di hampir setiap situasi meskipun sebenarnya tidak perlu.
Sebab, menggunakan permintaan maaf secara berlebih dapat melemahkan komunikasi kita dan merendahkan diri kita sendiri.
Selain itu, permintaan maaf yang diucapkan terus-menerus membuat tidak ada esensinya dan hampa.
Cara mengatasi Sindrom Maaf
Agar permintaan maaf tidak disampaikan secara sembarangan, cara yang baik untuk menganalisis apakah permintaan maaf diperlukan atau tidak adalah dengan menanyakan kepada diri sendiri.
Misalnya, apakah saya perlu meminta maaf? atau "apakah saya menyakiti orang?" dan lainnya.
Berikut hal-hal yang secara sah untuk Anda meminta maaf kepada orang lain:
1. Saat Anda telah menyinggung, mengecewakan, atau menyakiti perasaan seseorang
2. Saat Anda menyesali perilaku Anda (bukan ketika orang lain tidak menyukai perilaku Anda, tetapi Anda tetap mempertahankannya)
3. Saat Anda melakukan kesalahan dan kesalahan Anda memengaruhi orang lain
4. Untuk mengakhiri perselisihan dan meninggalkan dendam lama
5. Saat Anda perlu meminta maaf kepada diri sendiri, karena kita membuat kesalahan.
Dilansir dari Khaleej Times, (26/5/2022), cara untuk mengatasi Sindrom Maaf bisa dengan mengubahnya menjadi kata "terima kasih".
Misalnya sebagai berikut:
- Jika Anda terlambat menghadiri rapat, Anda dapat mengatakan, "Terima kasih telah menunggu saya".
- Jika Anda menelepon seseorang saat mereka sedang sibuk, Anda dapat mengatakan, "Saya menghargai Anda mengangkat telepon meskipun sedang sibuk".
Cara lain untuk berhenti dari Sindrom Maaf adalah dengan memvalidasi perasaan orang lain.
Caranya, tunjukkan bahwa Anda peduli dan biarkan orang berbicara tentang perasaan mereka.
Ini akan membuat mereka merasa lebih baik dan meningkatkan hubungan Anda dengan mereka. Kuncinya di sini adalah beralih dari rasa bersalah ke penghargaan dan rasa syukur.
Anda juga perlu mengetahui kapan harus meminta maaf dan kapan tidak.
Lakukan hal ini dan perhatikan percakapan Anda menjadi lebih peka terhadap aspek penghargaan, yang tidak hanya meningkatkan harga diri Anda sendiri tetapi juga memberikan kepuasan kepada orang yang menerima rasa terima kasih Anda.
Sc: Kompas.com