Bismillah ….
Do'a adalah kebaikan, karena do'a adalah ibadah. Bahkan inti dari semua ibadah ada pada do'a, yaitu ketundukan dan merasa miskin di hadapan Allah Ta’ala. Maka sesuatu yang baik, akan tetap baik jika tidak dinodai dengan yang buruk. Dan Allah azza wa jalla, adalah Tuhan yang Maha baik. Allah Ta’ala tidak menerima kecuali yang baik. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam mengabarkan,
"Sesungguhnya Allah itu maha baik, tidak akan menerima kecuali yang baik-baik …" (HR. Muslim).
Salah satu noda do'a yang menyebabkan do'a tidak akan menembus pintu langit adalah penghasilan yang haram. Dalam hadis riwayat Muslim dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
"… lalu Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam menyebutkan seorang yang safar (bepergian) jauh, baju compang-camping dan berdebu. Ia menengadahkan tangan ke langit seraya berdoa, ‘Ya Tuhanku … ya Tuhanku …’ Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia tumbuh dari harta yang haram. Lantas bagaimana mungkin doanya dikabulkan?!" (HR. Muslim).
Ini menunjukkan betapa bahayanya penghasilan yang haram. Ia akan menyebabkan doa tidak dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Bersamaan dengan itu, hadis ini juga menunjukkan arti sebaliknya (mafhum mukholafah), bahwa makanan yang halal dan baik, dapat menjadi sebab terkabulnya doa. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Wahb bin Munabbih Rahimahullah,
"Siapa yang senang doanya dikabulkan oleh Allah, maka perbaikilah makanan kalian (makanan yang halal)".
Sahabat Sa’ad bin Abi Waqos Radhiyallahu ’anhu pernah ditanya, "Mengapa doa Anda termasuk doa-doa sahabat Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam yang selalu dikabulkan Allah?"
Sa’ad menjawab,
"Aku tidak mengangkat sesuatu pun makanan ke mulutku kecuali aku tahu dari mana datangnya dan ke mana ia dikeluarkan" (Jami’ Al-‘Ulum wal Hikam, 1: 275).
Wallahulmuwaffiq.
Artikel Asli: Muslim.or.id